Guru Inspirasi (Part 1)

       Menjadi seorang guru adalah pilihan saya saat ini dan selamanya, meskipun pada awalnya tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk menjadi seorang guru. Cita-cita saya saat masih sekolah dulu adalah menjadi seorang analis. Karena terbentur biaya, setelah lulus SMA saya memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Saat itu karena saya aktif menjadi remaja masjid di dekat rumah, saya diminta untuk mengajar TPA yang ada di dalam masjid. Dengan hanya berbekal pengetahuan dan ilmu tajwid yang saya dapat ketika sekolah, saya memberanikan diri untuk menerima tawaran tersebut. Seiring berjalannya waktu, jumlah jam mengajar saya pun bertambah. Semula hanya mengajar di satu tempat kemudian bertambah lagi tawaran di tempat berikutnya. Dengan honor yang sangat minim, yang hanya cukup untuk beli bedak saja saat itu (curhaatt...heheheee πŸ˜†) saya pun menyanggupi untuk mengajar di berbagai tempat.

          Sejak menjadi guru TPA, saya mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan untuk menunjang kemampuan saya dalam mengajar TPA.  Singkat cerita, karena pimpinan TK dan TPA di sana melihat kemampuan dan kompetensi yang saya miliki, saya pun kemudian diminta untuk mengajar TK juga. Saat itu saya masih berpikir, "Yaaa daripada nganggur dan tidak kuliah jalani saja. Lumayan laah punya uang sendiri walaupun hanya cukup untuk makan bakso dan beli bedak. Hahahaaa"😜.

        Hari demi hari saya jalani tanpa ada rasa tulus dan ikhlas dari dalam hati selama terjun ke dunia pendidikan. Saya masih berpikir ingin kuliah atau mencari pekerjaan lain yang lebih baik dan tentunya memiliki penghasilan yang lebih layak juga. Di tahun kedua setelah saya lulus SMA, karena saya aktif di berbagai kegiatan di masjid, saya mendapat tawaran untuk kerja di sebuah bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) dari salah seorang pengurus masjid. Saya pun mencoba untuk menerima tawaran itu. Saya mengikuti tes dan seleksinya. Dan akhirnya saya lulus diterima bekerja di bank itu sebagai teller services. Banknya tidak besar, hanya sebuah BPRS kecil yang menangani usaha-usaha mikro dan nasabah dari sekolah swasta ternama yang ada di sekitar situ. Akhirnya, saya pun berpamitan dan melepaskan semua tugas saya sebagai guru TK dan TPA.

          Kini saya ada di dunia yang benar-benar baru dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh saya.  Saya pun mencoba untuk menjalani dan menikmati pekerjaan saya sebagai seorang pegawai bank. Bulan pertama kerja di bank, saya masih sangat menikmati pekerjaan baru saya. Sampai suatu ketika seorang satpam di sana mengatakan kepada saya, "Mbak setiap yang kerja di sini pasti nangis. Mudah-mudahan mbak kuat ya". Deegg.... maksudnya apa yaa ini? Kok satpam ini bilang seperti itu ke saya. So far selama kerja di sini selama sebulan ini saya merasa baik-baik aja. Yaa memang siih waktu saya jadi tersita banyak dan tidak bisa pulang cepat seperti ketika mengajar TK/TPA dulu. Tapi selebihnya tidak ada masalah. 

          Bukan hidup namanya jika tidak ada tantangan dan cobaan. Masalah itu mulai datang ketika saya menerima gaji pertama. Jumlahnya tidak sesuai dengan yang dijanjikan pada awal wawancara. Saya mencoba untuk mencerna dan mengingat kembali semua perkataan HRD ketika dulu mewawancarai saya. Saya tidak berani protes ataupun menanyakan masalah ini kepada HRD. Saya hanya bisa menelan sendiri rasa penasaran ini. Saya pun menceritakan permasalahan ini kepada keluarga. Mereka pun beranggapan dan memiliki pikiran yang sama dengan saya. Kok bisa gajinya tidak sesuai. Tapi mereka mencoba menguatkan dan terus memotivasi saya agar tetap semangat bekerja dan juga mengingatkan saya agar  bersyukur karena zaman sekarang tidak mudah mencari pekerjaan apalagi dengan ijazah saya yang hanya lulusan SMA. Yaa hitung-hitung buat nambah pengalaman kerja. Begitu mereka menasihati saya.

       Sejak menerima gaji yang tidak sesuai dengan perjanjian, saya mulai goyah dan berpikir ulang apakah saya akan meneruskan pekerjaan ini atau tidak. Saya pun mulai merindukan suara, gelak tawa dan canda riang anak-anak. Saya rindu tangisan mereka. Saya rindu polah tingkah aneh nan menggemaskan mereka. Tanpa sadar saya meneteskan air mata. Ditambah lagi, pada bulan kedua saya bekerja saya mulai melihat masalah bermunculan di bank itu.    Jadi ternyata bank ini sedang ada sedikit masalah yang berkaitan dengan modal. Tekanan pun mulai bermunculan di sana sini. Hampir setiap hari semua karyawannya  diminta pulang malam karena katanya ada banyak "PR" yang harus diselesaikan. Saya tidak pernah mengerti PR apa yang dimaksud karena memang latar belakang saya bukan dari  anak ekonomi tapi dari IPA.  Kantor kas tutup pukul 15.00, setelah cash count bank benar-benar tutup sekitar pukul 16.00 atau 17.00.  Tapi walaupun bank sudah tutup, kami tidak boleh pulang dengan alasan yang sama setiap harinya yaitu ada banyak "PR" yang harus diselesaikan. Fyuuuhhh.....

         Setiap orang sibuk dengan pekerjaan tambahannya setelah selesai jam kantor, kecuali saya yang justru malah lebih banyak diam, bengong dan tidak tahu harus mengerjakan apa. Karena semua yang dikerjakan oleh mereka berkaitan dengan perbankan sementara saya tidak punya pengetahuan apapun mengenai itu. Paling kalau diminta untuk mengetik file di word atau excel saja saya baru bisa. Kendati begitu, tetap saja saya tidak boleh pulang cepat walaupun saya tidak melakukan apa-apa. Hampir setiap hari kami pulang pukul 20.00. Itupun saya yang sering minta pulang duluan dengan alasan angkutan umumnya hanya sampai pukul 20.00. Saat-saat seperti inilah saya mulai sering merenung dan menangis saat jam istirahat. Karena kantor saya bersebelahan dengan masjid, saat jam istirahat sholat saya sering lari ke masjid, sholat di sana dan menumpahkan air mata saya 😭😭😭. Saya rindu anak-anak. Saat itulah saya baru menyadari bahwa dunia saya bukan di sini. Saya benar-benar merindukan anak-anak dan kehangatan yang ada saat bersama mereka. Saya tidak betah kerja di sini. Terlalu banyak tekanan. Saya sepertinya tidak sanggup melanjutkan pekerjaan ini. Saya terus berdoa agar diberikan petunjuk dan jalan terbaik.

       Minggu itu adalah minggu terberat yang harus saya jalani. Posisi saya sebagai teller untuk sementara ditukar menjadi customer service karena seluruh karyawan senior dialihkan untuk memegang peranan menjadi teller. Hal ini biasa terjadi setiap waktu gajian karyawan sekolah swasta yang ada di sebelah kantor saya. Apalagi mereka semua adalah nasabah kami yang gajinya ditransfer melalui rekening bank kami. Tentu saja saya kelabakan karena saya baru saja sebulan untuk mencoba adaptasi menjadi teller lalu tiba-tiba sekarang diminta menjadi CS 😞.

         Setiap kali ada telepon masuk dan menanyakan info yang berkaitan dengan perbankan saya hampir tidak bisa menjawabnya 😫. Dan setiap kali saya tidak bisa menjawab dan meneruskan panggilan telepon kepada senior saya, saya dimarahi dan ditegur, "Makanya belajar, banyak nanya ya. Di sini harus semua bisa". Dan di situlah saya makin mantap memutuskan untuk tidak akan melanjutkan pekerjaan saya sebagai pegawai bank. 

          Minggu kedua di bulan kedua saya kerja, keputusan saya makin mantap untuk keluar dari bank. Setelah sekian drama dan air mata terkuras (ciyeeee dramatis bangeettt niiih), saya memberanikan diri mengajukan surat pengunduran diri dengan alasan saya ingn melanjutkan sekolah lagi ke perguruan tinggi. Tentunya keputusan itu bukan hasil dari pikiran saya sendiri. Saya sudah mendiskusikannya dengan keluarga dan sahabat. Bahkan kepala sekolah saya di TK meminta saya untuk kembali mengajar di sana tapi dengan satu syarat, saya harus kuliah PGTK. Saya menyanggupinya dan memang alhamdulillah saat itu keluarga saya sudah memiliki kondisi ekonomi yang jauh lebih baik.

           Surat pengunduran diri pun mendarat di HRD. Tidak satupun dari mereka yang merasa berat atau kehilangan saya (yaa iyaaalah baru juga kerja sebulan πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†). Saya pamit dan mengucapkan terima kasih kepada mereka semua yang telah memberikan banyak pengalaman dan pelajaran berharga. Saya langsung berhenti kerja saat itu juga. Saya datang hari itu hanya untuk mengantarkan surat pengunduran diri. Padahal saya tahu,  seminggu lagi akan lebaran dan gajian (wkwkwk bye bye THR dan gajian). Tapi keputusan saya sudah bulat. Saya merasa tidak cocok dengan lingkungan kerja yang seperti ini. Saya lebih menyukai dunia pendidikan. Berbagi keceriaan bersama anak-anak melebihi segalanya. Kehadiran mereka, suara dan canda tawanya menjadi obat tersendiri bagi saya. Dunia saya adalah bersama mereka bukan di balik meja kerja yang resmi seperti pegawai bank 😌😌😌 .

       Saya pun melangkah keluar kantor dengan perasaan lega. Rasanya saya ingin teriak untuk meluapkan kegembiraan saya dan segera berlari mencari anak-anak di TK dan memeluk mereka erat. Tapi saya masih harus bersabar karena saya harus memenuhi syarat saya dulu untuk bisa kembali mengajar di TK, yaitu kuliah. Segera saya mencari informasi PGTK terdekat yang biayanya terjangkau. Dan sejak itu saya memutuskan bahwa saya ingin menjadi guru. Saya telah jatuh cinta kepada anak-anak. Jiwa dan DNA guru dalam diri saya bergejolak (eeeaaaa eeeaaaa). Saya ingin mengabdikan diri saya menjadi seorang pendidik, bukan hanya sebagai seorang guru yang sekadar mengajar tapi tidak menghadirkan hati saat melakukan tugasnya sebagai seorang pendidik.....


😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊

to be continued......................................................

11 komentar:

  1. Bisa diangkat jadi sebuah novel nii.. Ditunggu kelanjutanya.. Semangatttt

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahaa ditungggu yaaaak. nt masukin ke penerbit ajaah wkwkwk

      Hapus
  2. Keren... Dari guru nyasar jadi guru tenar, bukan hanya tenar tapi juga sudah mendarahdaging sehingga DNA gurunya mulai dominan. Seru dan inspuratif ....ditunggu sambungannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa niihhh. wkwkwk ditunggu yaak kelanjutannya hihihi

      Hapus
  3. Mantull mpok.. tak sabar menunggu kelanjutannya

    BalasHapus
  4. Oo..jadi begitu toh ceritanya..😁
    Lanjut lin yg part 2..πŸ‘

    BalasHapus
  5. Cerita yang inspiratif mpok alin,, ditunggu kelanjutannya,,πŸ‘πŸΏπŸ‘πŸΏ

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehee masih mencari momen utk melanjutkan kisahnya. Ditunggu yaak....

      Hapus

Featured Post

VLOG PEMBATIK LEVEL 4